Sabtu, 30 Oktober 2010

Suatu hari datang anak kecil yang biasa jualan keliling. Jika biasanya dia membawa kacang rebus atau alpokat untuk dijual, kali ini dia membawa 2 kantong plastik buah coklat.
Ragu sebenarnya dia menawarkan dagangannya, tapi sepertinya, kebutuhan mendesak memaksanya menjual buah yang tak lazim dijual mentah seperti itu.
“Buat beli beras, Teh,” katanya. Siapapun termasuk saya sepertinya sulit untuk menolak orang yang menjual sesuatu untuk beli beras, terlebih anak kecil. Saya kira anak itu juga diam-diam tahu akan hal itu.
Ketika saya tanya berapa harganya, dia bilang, “Sepuluh ribu 4 biji”. Nggak nawar, saya langsung bayar. Anak itu pun pergi. Saya termangu dengan 4 butir buah coklat. Lumayan, walau bukan buah yang mengenyangkan, tapi setidaknya anak-anak saya akan bisa mencicipi buah langka ini, setidaknya ada ‘record’ pernah mencobanya :)
Sekitar seminggu kemudian, suatu pagi, Azkia putri saya memanggil saya di dapur. Rupanya, anak itu datang lagi. Dia bersama temannya. Kembali, dia datang membawa buah coklat, dan itu membuat saya tercenung sebentar.
“Kamu dapet buah ini dari mana sih?” tanya saya.
“Dari orang, Teh. Nanti dituker beras buat dikasihkan ke ibu saya,”
ujarnya.
“Ya udah. Sekarang saya beli, tapi nanti, mending kamu ke sini lagi, terus kita pikirin kamu mau jualan apa. Kamu kan mau julan keliling,” kata saya, sambil sebenarnya berpikir keras gimana caranya supaya anak itu bisa mendapat income dengan cara lain. Nggak mungkin kan dia jualan buah coklat terus, sementara nggak banyak orang tertarik makan buah ini.
Tapi, tanpa saya sangka, sambil mengangguk setuju kemudian dia bertanya, “Teh, memangnya buah coklat suka diapain? Dimakan aja?” katanya.
Saya benar-benar ketawa dibuatnya, “Lha, itu kamu juga nanya buat apa buah coklat. Kenapa atuh dijualin?” Anak itu pun terkekeh sambil nyengir.
Ya, memang pasti karena terpaksa dia menjual buah itu. Demi beras, demi ibunya, demi adik-adiknya supaya bisa makan. Saya tahu itu, dan saya masih terus berpikir, apa ya yang bisa dia jual? Apa saya terpaksa juga harus jadi produsen makanan sementara ini supaya anak itu punya sesuatu untuk dijual?
Semoga ada solusinya sebelum hari Kamis, sesuai janji saya

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.