Kamis, 28 Oktober 2010

1. SEJARAH SINGKAT
Melati merupakan tanaman
bunga hias berupa perdu
berbatang tegak yang hidup
menahun. Di Italia melati
casablanca (Jasmine
officinalle), yang disebut
Spansish Jasmine ditanam
tahun 1692 untuk di jadikan
parfum. Tahun 1665 di Inggris
dibudidayakan melati putih (J.
sambac) yang diperkenalkan
oleh Duke Casimo de ’ Meici.
Dalam tahun 1919 ditemukan
melati J. parkeri di kawasan
India Barat Laut, Kemudian
dibudidayakan di Inggris pada
tahun 1923. Di Indonesia nama
melati dikenal oleh
masyarakat di seluruh wilayah
Nusantara. Nama-nama
daerah untuk melati adalah
Menuh (Bali), Meulu cut atau
Meulu Cina (Aceh), Menyuru
(Banda), Melur (Gayo dan
Batak Karo), Manduru
(Menado), Mundu (Bima dan
Sumbawa) dan Manyora
(Timor), serta Malete
(Madura).
2. JENIS TANAMAN
Diantara 200 jenis melati yang
telah diidentifikasi oleh para
ahli botani baru sekitar 9 jenis
melati yang umum
dibudidayakan dan terdapat 8
jenis melati yang potensial
untuk dijadikan tanaman hias.
Sebagian besar jenis melati
tumbuh liar di hutan-hutan
karena belum terungkap
potensi ekonomis dan
sosialnya. Tanaman melati
termasuk suku melati-
melatian atau famili
Oleaceae. Kedudukan
tanaman melati dalam
sistematika/taksonomi
tumbuhan adalah sebagai
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Oleales
Famili : Oleaceae
Genus : Jasminum
Spesies : Jasminum sambac (L)
W. Ait..
Jenis, Varietas dan Ciri-ciri
penting (karakteristik)
tanaman melati adalah
sebagai berikut:
1. Jasmine sambac Air (melati
putih, puspa bangsa)
2. Jasmine multiflora Andr
(melati hutan:melati gambir,
poncosudo, Star Jasmine, J,.
pubescens willd).
3. Jasmine officinale (melati
casablanca, Spanish Jasmine)
sinonim dengan J.
floribundum=Jasmine
grandiflorum). perdu setinggi
1, 5 meter.
4. Jasmine rex (melati Raja, King
Jasmine).
5. Jasmine parkeri Dunn (melati
pot).
6. Jasmine mensyi (Jasmine
primulinum, melati pimrose).
7. Jasmine revolutum Sims
(melati Italia)
8. Jasmine simplicifolium ( melati
Australia, J. volibile, m.
bintang)
9. Melati hibrida. Bunga pink dan
harum.
Adapun jenis dan varietes
Melati yang ada di Pulau Jawa
antara lain:
1. Jasmine. Sambac (melati
Putih), antara lain varietas:
Maid of Orleans, Grand Duke
of Tuscany, Menur dan Rose
Pikeke
2. Jasmine. multiflorum (Star
Jasmine)
3. Jasmine officinale (melati
Gambir)
3. MANFAAT TANAMAN
Bunga melati bermanfaat
sebagai bunga tabur, bahan
industri minyak wangi,
kosmetika, parfum, farmasi,
penghias rangkaian bunga dan
bahan campuran atau
pengharum teh.
4. SENTRA PENANAMAN
Di Indonesia Pusat penyebaran
tanaman melati
terkonsentrasi di Jawa Tengah,
terutama di Kabupaten
Pemalang, Purbalingga dan
Tegal.
5. SYARAT PERTUMBUHAN
5.1. Iklim
1. Curah hujan 112–119 mm/
bulan dengan 6–9 hari hujan/
bulan, serta mempunyai iklim
dengan 2 –3 bulan kering dan
5–6 bulan basah.
2. Suhu udara siang hari 28-36
derajat C dan suhu udara
malam hari 24-30 derajat C,
3. Kelembaban udara (RH) yang
cocok untuk budidaya
tanaman ini 50-80 %.
4. Selain itu pengembangan budi
daya melati paling cocok di
daerah yang cukup mendapat
sinar matahari.
5.2. Media Tanam
1. Tanaman melati umumnya
tumbuh subur pada jenis tanah
Podsolik Merah Kuning (PMK),
latosol dan andosol.
2. Tanaman melati
membutuhkan tanah yang
bertekstur pasir sampai liat,
aerasi dan drainase baik,
subur, gembur, banyak
mengandung bahan organik
dan memiliki.
3. Derajat keasaman tanah yang
baik bagi pertumbuhan
tanaman ini adalah pH=5 –7.
5.3. Ketinggian Tempat
Tanaman melati dapat tumbuh
dan berproduksi dengan baik
di dataran rendah sampai
dataran tinggi pada ketinggian
10-1.600 m dpl. Meskipun
demikian, tiap jenis melati
mempunyai daya adaptasi
tersendiri terhadap
lingkungan tumbuh. Melati
putih (J,sambac) ideal ditanam
di dataran rendah hingga
ketinggian 600 m dpl,
sedangkan melati Star Jasmine
(J.multiflorum) dapat
beradaptasi dengan baik
hingga ketinggian 1.600 m dpl.
Di sentrum produksi melati,
seperti di Kabupaten Tegal,
Purbalingga dan Pemalang
(Jawa Tengah), melati tumbuh
dengan baik di dataran rendah
sampai dataran menengah
(0-700 m dpl).
6. PEDOMAN BUDIDAYA
6.1. Pembibitan
1. Teknik Penyemaian Benih :
Tancapkan tiap stek pada
medium semai 10 –15 cm/
sepertiga dari panjang stek.
Tutup permukaan wadah
persemaian dengan lembar
plastik bening (transparan)
agar udara tetap lembab.
2. Pemeliharaan Pembibitan/
Penyemaian
1. Penyiapan tempat semai:
Siapkan tempat/wadah semai
berupa pot berukuran besar/
polybag, medium semai
(campuran tanah, pasir steril/
bersih).
Periksa dasar wadah semai
dan berilah lubang kecil untuk
pembuangan air yang
berlebihan.
Isikan medium semai ke dalam
wadah hingga cukup penuh/
setebal 20 –30 cm. Siram
medium semai dengan air
bersih hingga basah.
2. Pemeliharaan bibit stek:
Lakukan penyiraman secara
kontinu 1 –2 kali sehari.
Usahakan bibit stek mendapat
sinar matahari pagi.
Pindahkan tanaman bibit stek
yang sudah berakar cukup
kuat (umur 1 –23 bulan) ke
dalam polybag berisi medium
tumbuh campuran tanah, pasir
dan pupuk organik (1:1:1).
Pelihara bibit melati secara
intensif (penyiraman,
pemupukan dan
penyemprotan pestisida dosis
rendah) hingga bibit berumur
3 bulan.
6.2. Pengolahan Media Tanam
1. Pembukaan Lahan
1. Bersihkan lokasi untuk kebun
melati dari rumput liar
(gulma), pepohonan yang
tidak berguna/batu-batuan
agar mudah pengelolaan
tanah.
2. Olah tanah dengan cara di
cangkul/dibajak sedalam 30-40
cm hingga gembur, kemudian
biarkan kering angin selama
15 hari
2. Pembentukan Bedengan :
Membentuk bedengan selebar
100-120 cm, tinggi 30-40 cm,
jarak antara bedeng 40 –60 cm
dan panjang disesuaikan
dengan kondisi lahan.
3. Pengapuran : Tanah yang pH-
nya masam dapat diperbaiki
melalui pengapuran, misalnya
dengan kapur kalsit (CaCO3)
dolomit {CaMg (CO3)2}, kapur
bakar (Quick lime, CaO)/
kapur hidrat (Slakked lime,{Ca
(OH)2}. Fungsi/kegunaan
pengapuran tanah masam
adalah untuk menaikan pH
tanah, serta untuk menambah
unsur-unsur Ca dan Mg.
4. Pemupukan : Tebarkan pupuk
kandang di atas permukaan
tanah, kemudian campurkan
secara merata dengan lapisan
tanah atas. Pupuk kandang
dimasukkan pada tiap lubang
tanam sebanyak 1-3 kg. Dosis
pupuk kandang berkisar
antara 10-30 ton/hektar.
Lubang tanam dibuat ukuran
40 x 40 x 40 cm dengan jarak
antar lubang 100-150 cm.
Penyiapan lahan sebaiknya
dilakukan pada musim
kemarau/1-2 bulan sebelum
musim hujan.
6.3. Teknik Penanaman
1. Penentuan Pola Tanam :
Sebulan sebelum tanam, bibit
melati diadaptasikan dulu
disekitar kebun. Lahan kebun
yang siap ditanami diberi
pupuk dasar terdiri atas 3
gram TSP ditambah 2 gram
KCI per tanaman. Bila tiap
hektar lahan terdapat sekitar
60.000 lubang tanam (jarak
tanam 1,0 m x 1,5 m),
kebutuhan pupuk dasar terdiri
atas 180 kg TSP dan 120 kg
KCI. Bersama pemberian
pupuk dasar dapat
ditambahkan “pembenah dan
pemantap tanah “ misalnya
Agrovit, stratos/asam humus
Gro-Mate
2. Pembuatan Lubang Tanam :
Bibit melati dalam polybag
disiram medium tumbuh dan
akar-akarnya. Tiap lubang
tanam ditanami satu bibit
melati. Tanah dekat pangkal
batang bibit melati dipadatkan
pelan-pelan agar akar-
akarnya kontak langsung
dengan air tanah.
3. Cara Penanaman : Jarak
tanam dapat bervariasi,
tergantung pada bentuk
kultur budidaya, kesuburan
tanah dan jenis melati yang
ditanam, bentuk kultur
perkebunan jarak tanam
umumnya adalah 1 x 1,5 m,
sedang variasi lainnya adalah
40 x 40 cm, 40 x 25 cm dan 100
x 40 cm.
6.4. Pemeliharaan Tanaman
1. Penjarangan dan
Penyulaman. : Cara
penyulaman adalah dengan
mengganti tanaman yang
mati/tumbuhan abnormal
dengan bibit yang baru.
Teknik penyulaman prinsipnya
sama dengan tata laksana
penanaman, hanya saja
dilakukan pada lokasi/blok/
lubang tanam yang bibitnya
perlu diganti. Periode
penyulaman sebaiknya tidak
lebih dari satu bulan setelah
tanam. Penyulaman seawal
mungkin bertujuan agar tidak
menyulitkan pemeliharaan
tanam berikutnya dan
pertumbuhan tanam menjadi
seragam. Waktu penyulaman
sebaiknya dilakukan pada
pagi/sore hari, saat sinar
matahari tidak terlalu terik
dan suhu udara tidak terlalu
panas.
2. Penyiangan : Pada umur satu
bulan setelah tanam, kebun
melati sering ditumbuhi
rumput-rumput liar (gulma).
Rumput liar ini menjadi
pesaing tanaman melati
dalam pemenuhan kebutuhan
sinar matahari, air dan unsur
hara.
3. Pemupukan : Pemupukan
tanaman melati dilakukan tiap
tiga bulan sekali. Jenis dan
dosis pupuk yang digunakan
terdiri atas Urea 300-700 kg,
STP 300-500 kg dan KCI 100-300
kg/ha/tahun. Pemberian
pupuk dapat dilakukan dengan
cara disebar merata dalam
parit di antara barisan
tanaman / sekeliling tajuk
tanaman sedalam 10-15 cm,
kemudian ditutup dengan
tanah. Pemupukan dapat pula
dengan cara memasukan
pupuk ke dalam lubang tugal
di sekeliling tajuk tanaman
melati. Waktu pemupukan
adalah sebelum melakukan
pemangkasan, saat berbunga,
sesuai panen bunga dan pada
saat pertumbuhan kurang
prima. Pemberian pupuk
dapat meningkatkan produksi
melati, terutama jenis pupuk
yang kaya unsur fosfor (P),
seperti Gandasil B (6-20-30)/
Hyponex biru (10-40-15) dan
waktu penyemprotan pupuk
daun dilakukan pada pagi hari
(Pukul 09.00) atau sore hari
(pukul 15.30-16.30) atau ketika
matahari tidak terik
menyengat.
4. Pengairan dan Penyiraman :
Pada fase awal pertumbuhan,
tanaman melati membutuhkan
ketersediaan air yang
memadai. Pengairan perlu
secara kontinyu tiap hari
sampai tanaman berumur
kurang lebih 1 bulan.
Pengairan dilakukan 1-2 kali
sehari yakni pada pagi dan
sore hari. Cara pengairan
adalah dengan disiram iar
bersih tiap tanam hingga
tanah di sekitar perakaran
cukup basah.
5. Waktu Penyemprotan
Pestisida : Zat perangsang/zat
pengatur Tumbuh (ZPT) dapat
digunakan untuk
mempertahankan dan
meningkatkan produksi bunga,
zat perangsang bunga yang
berpengaruh baik terhadap
pembungaan melati adalah
Cycocel (Chloromiguat) dan
Etherel. Tanaman melati yang
di semprot dengan Cycocel
berkonsentrasi 5.000 ppm
memberikan hasil bunga yang
paling tinggi, yakni 1,45 kg/
tanaman. Cara pemberiannya:
zat perangsang bunga
disemprotkan pada seluruh
bagian tanaman, terutama
bagian ujung dan tunas-tunas
pembungaan. Konsentrasi
yang dianjurkan 3.000 ppm –
5.000 ppm untuk Cycocel atau
500-1.500 ppm bila digunakan
Ethrel.
6. Lain-lain : Tanaman melati
umumnya tumbuh menjalar,
kecuali pada beberapa jenis
melati, seperti varietas Grand
Duke of tuscany yang tipe
pertumbuhannya tegak. Tinggi
pemangkasan amat
tergantung pada jenis melati,
jenis melati putih (J.sambac)
dapat di pangkas pada
ketinggian 75 cm dari
permukaan tanah, sedangkan
jenis melati Spnish Jasmine (J.
officinale var. grandiflorum)
setinggi 90 cm dari permukaan
tanah.
7. HAMA DAN PENYAKIT
Tanaman melati tidak luput
dari gangguan hama dan
penyakit, prinsip pokok dan
prioritas teknologi
pengendalian hama/penyakit .
1. Pengendalian hayati dilakukan
secara maksimal dengan
memanfaatkan musuh-musuh
alami hama (parasitoid,
perdator, patogen) dengan
cara:
memasukan, memelihara,
memperbanyak, melepaskan
musuh alami
mengurangi penggunaan
pestisida organik sintetik yang
berspektrum lebar/
menggunakan pestisida
selektif.
2. Ekosistem pertanian dikelola
dengan cara:
penggunaan bibit sehat
sanitasi kebun
pemupukan berimbang
pergiliran tanaman yang baik
penggunaan tanaman
perangkap,
3. Pestisida digunakan secara
selektif berdasarkan hasil
pemantauan dan analisis
ekosistem.
7.1. Hama
1. Ulat palpita (Palpita unionalis
Hubn) :
Hama ini termasuk ordo
Lepidoptera dan famili
Pyralidae, Stadium hama yang
merusak tanaman melati
adalah larva (ulat).
Pengendalian: dilakukan
dengan cara memotong
bagian tanaman yang
terserang berat dan
menyemprotkan insektisida
yang mangkus dan sangkil,
misalnya Decis 2,5 EC,
Perfekthion 400 E/Curacron
500 EC .
2. Penggerek bunga (Hendecasis
duplifascials) :
Hama ini termasuk ordo
Lepidoptera dan famili
Pyralidae.
Gejala: menyerang tanaman
melati dengan cara
menggerek/melubangi bunga
sehingga gagal mekar.
Kuntum bunga yang terserang
menjadi rusak dan kadang-
kadang terjadi infeksi
sekunder oleh cendawan
hingga menyebabkan bunga
busuk.
Pengendalian: disemprot
dengan insektisida yang
mangkus, misalnya Decis 2,5
EC, Cascade 50 EC/Lannate L .
3. Thips (Thrips sp) :
Thrips termasuk ordo
Thysanoptera dan famili
Thripidae. Hama ini bersifat
pemangsa segala jenis
tanaman (polifag).
Gejala: menyerang dengan
cara mengisap cairan
permukaan daun, terutama
daun-daun muda (pucuk).
Pengendalian: dilakukan
dengan cara mengurangi
ragam jenis tanaman inang di
sekitar kebun melati dan
menyemprotkan insektisida
yang mangkus : Mesurol 50
WP, Pegasus 500 SC/Dicarzol
25 SP .
4. Sisik peudococcus
(Psuedococcus longispinus) :
Hama ini termasuk ordo
Pseudococcidae dan famili
Homoptera yang hidup secara
berkelompok pada tangkai
tunas dan permukaan daun
bagian bawah hingga
menyerupai sisik berwarna
abu-abu atau kekuning-
kuningan.
Gejala: menyerang tanaman
dengan cara mengisap cairan
sel tanaman dan
mengeluarkan cairan madu.
Pengendalian: dilakukan
dengan menyemprotkan
insektisida yang mangkus,
misalnya Bassa 500 EC/Nogos
50 EC.
5. Ulat nausinoe (Nausinoe
geometralis) :
Hama ini termasuk ordo
Lepidoptera dan famili
Pyralidae.
Ciri: ngengat berwarna coklat
dengan panjang badan rata-
rata 12 mm dan panjang
rentang sayap kurang lebih 24
mm berwarna coklat dan
berbintik-bintik transparan.
Gejala: menyerang daun
tanaman melati identik (sama)
dengan serangan ulat P.
unionalis.
6. Hama Lain. :
Hama lain yang sering
ditemukan adalah kutu putih
(Dialeurodes citri) dan kutu
tempurung (scale insects).
Bergerombol menempel pada
cabang, ranting dan pucuk
tanaman melati, menyerang
dengan cara mengisap cairan
sel, sehingga proses
fotosintesis (metabolisme).
Pengendalian dilakukan
dengan menyemprotkan
insektisida yang mangkus,
seperti Perfekthion 400 EC/
Decis 2,5 EC.
7.2. Penyakit
1. Hawar daun :
Penyebab: cendawan (jamur)
Rhizcotonia solani Kuhn.
Gejala: menyerang daun yang
letaknya dekat permukaan
tanah.
2. Hawar benang (Thread
Blight) :
Penyebab: jamur Marasmiellus
scandens (Mass).
Gejala: menyerang bagian
cabang tanaman melati.
3. Hawar bunga (Flower Blight) :
Penyebab: cendawan (jamur)
Curvularia sp. Fusarium sp dan
Phoma sp,.
Gejala: bunga busuk,
berwarna coklat muda dan
kadang-kadang bunga
berguguran.
4. Jamur upas :
Penyebab: jamur Capnodium
salmonicolor. Penyakit ini
menyerang batang dan
cabang tanaman melati yang
berkayu.
Gejala: terjadi pembusukan
yang tertutup oleh lapisan
jamur berwarna merah jambu
pada bagian tanaman
terinfeksi apnodium sp. dan
Meliola jasmini Hansf. et Stev.
Gejala serangan capnodium
adalah permukaan atas daun
tertutup oleh kapang jelaga
berwarna hitam merata.
5. Bercak daun :
Penyebab: jamur Pestaloita sp.
Gejala: bercak-bercak
berwarna coklat sampai
kehitam-hitaman pada daun.
6. Karat daun (Rust) :
Penyebab: ganggang hijau
parasit (Cephaleuros virescens
Kunze).
Gejala: pada permukaan daun
yang terserang tampak
bercak-bercak kemerah-
merahaan dan berbulu.
Penyakit ini umumnya
menyerang daun-daun yang
tua.
7. Antraknosa :
Penyebab: jamur
Colletotrichum gloesporoides.
Gejala : terbentuk bintik-bintik
kecil berwarna kehitam-
hitaman. Bintik-bintik tersebut
membesar dan memanjang
berwarna merah jambu,
terutama pada bagian daun.
Serangan berat dapat
menyebabkan mati ujung (die
back).
8. Penyakit lain :
Busuk bunga oleh bakteri
Erwinia tumafucuens. Bintil
akar oleh nematoda
Meloidogyne incognito,
penyebab abnormilitas
perakaran tanaman. Virus
kerdil penyebab terhambatnya
pertumbuhan tanaman melati,
belang-belang daun dan
kadang-kadang seluruh
ranting dan pucuk menjadi
kaku.
8. PANEN
8.1. Ciri dan Umur Panen
Ciri-ciri bunga melati yang
sudah saatnya dipanen adalah
ukuran kuntum bunga sudah
besar (maksimal) dan masih
kuncup / setengah mekar.
Produksi bunga melati di
Indoensia masih rendah yakni
berkisar antara 20-25 kg/
hektar/hari. Tanaman melati
mulai berbunga pada umur
7-12 bulan setelah tanam.
Panen bunga melati dapat
dilakukan sepanjang tahun
secara berkali-kali sampai
umur tanaman antara 5-10
tahun. Setiap tahun berbunga
tanaman melati umumnya
berlangsung selama 12
minggu (3 bulan).
8.2. Cara Panen
Pemetikan bunga melati
sebaiknya dilakukan pada pagi
sore, yakni saat sinar
matahari tidak terlalu terik/
suhu udara tidak terlalu
panas.
8.3. Periode Panen
Hasil panen bunga melati
terbanyak berkisar antara 1-2
minggu. Selanjutnya, produksi
bunga akan menurun dan 2
bulan kemudian meningkat
lagi
8.4. Prakiraan Produksi
Produksi bunga melati paling
tinggi biasanya pada musim
hujan, di Jawa Tengah, panen
bunga melati pada musim
kemarau menghasilkan 5 –10
kg/hektar, sedangkan panen
pada musim hujan mencapai
300-1.000kg/ha. Data produksi
bunga melati di Indonesia
berkisar 1,5 –2 ton/ha/th pada
musim hujan dan 0,7-1 ton/ha/
th pada musim kemarau.
9. PASCAPANEN
9.1. Pengumpulan
Di tempat terbuka bunga
melati akan cepat layu untuk
mempertahankan/
memperpanjang kesegaran
bunga tersebut dihamparkan
dalam tampah beralas lembar
plastik kemudian disimpan di
ruangan bersuhu udara dingin
antara 0-5 derajat C.
9.2. Lain-lain
Salah satu produk pengolahan
pascapanen bunga melati
adalah Jasmine Oil.
1. Minyak melati istimewa, yakni
minyak yang diekstraksi dari
bunga melati dengan pelarut
ether minyak bumi, sebagai
bahan baku minyak wangi
mutu tinggi.
2. Minyak melati biasa, yakni
minyak yang diekstraksi dari
bunga melati dengan pelarut
benzole, sebagai bahan baku
minyak wangi mutu sedang.
3. Minyak pomade istimewa,
yakni minyak yang diperoleh
dengan teknik enfleurage
bunga melati, sebagai bahan
baku minyak rambut.
4. Minyak pomade biasa, yakni
minyak yang diekstraksi dari
bunga melati bekas
enfleurage, sebagai pewangi
teknis.
Teknik enfleurage disebut
teknik olesan. Prinsip kerja
ekstraksi bunga melati dengan
teknik olesan adalah sebagai
berikut:
1. Oleskan lemak muri pada
permukaan kaca tipis.
2. Letakan bunga melati yang
masih segar (baru petik)
diatas permukaan kaca .
3. Simpan kaca tipis bersama
bunga melati dalam rak-rak
penyimpanan yang terbuat
dari plastik, kayu/logam tahan
karat.
4. Biarkan bunga melati selama
3-4 hari sampai bunga
tersebut layu.
5. Bunga melati yang telah layu
segera dibuang untuk diganti
dengan bunga-bunga baru/
masih segar.
6. Lakukan cara tadi secara
berulang-ulang selama 2-3
bulan hingga lemak dipenuhi
minyak wangi bunga melati.
Teknik ekstraksi minyak
melati dapat dilakukan
dengan teknik tabung hampa.
1. Masukan bunga melati segar
ke dalam tabung, kemudian
alirkan bahan pelarut
(alkohol, ether, chlorofrom,
ecetone, lemak murni, ether
minyak bumi) secara
berkesinambungan.
2. Salurkan cairan ekstrak yang
mengandung bahan pelarut
dan unsur-unsur bunga melati
ke tabung hampa udara yang
dipanaskan sekedarnya untuk
menguapkan bahan pelarut.
Uap pelarut diallirkan kembali
ke kondensor agar menjadi
cairan.
3. Tambahkan ethanol ke dalam
unsur bunga melati. Unsur
bunga melati biasanya berupa
lilin padat (concrete) yang
masih mengandung zat
pewarna, damar dan unsur
lain yang tidak menguap.
4. Campurkan minyak tadi
dengan alkohol kemudian
saring kembali untuk
menghilangkan kandungan
damar.
5. Lakukan penyulingan absolut
dengan menggunakan sthlene
glycol penyinaran dengan
sinar ultra violet untuk
menghilangkan zat pewarna.
10. ANALISIS EKONOMI
BUDIDAYA TANAMAN
10.1. Analisis Usaha Budidaya
Perkiraan analisa budidaya
tanaman melati seluas 0,5 ha
yang dilakukan pada tahun
1999 di daerah Bogor.
1. Biaya produksi
1. Sewa lahan 0,5 ha Rp.
750.000,-
2. Bibit Rp. 190.000,-
3. Pupuk Rp. 325.000,-
4. Pestisida Rp. 50. 000,-
5. Tenaga kerja Rp. 6.425.000,-
6. Alat (penyusunan alat-alat)
Rp. 50.000,-
Jumlah biaya produksi Rp.
7.790.000,-
2. Pendapatan 15.555 kg @ Rp.
850,- Rp.12.750.000,-
3. Keuntungan bersih Rp.
4.960.000,-
4. Parameter kelayakan usaha :
1. O/I Ratio = 1,637
2. ROI = 0,698
3. BEP Rp. 1.696.352,84,-
10. 2.Gambaran Peluang
Agribisnis
Pengembangan usaha tani
melati skala komersial
mempunyai prospek cerah
danpeluang pasarnya bagus.
Tiap hari untuk keperluan
tabur bunga dibutuhkan 600
kilogram bunga melati. Pasar
potensial bunga melati adalah
Jepang, Korea, Thailand,
Taiwan dan Hongkong. Nilai
ekonomi bunga melati
semakin dibutuhkan dalam
kehidupan maju (modern)
untuk bahan baku industri
minyak wangi, kosmetik,
pewangi, penyedap the, cat,
tinta, pestisida, pewangi sabun
dan industri tekstil. Meski
peluang pasar bunga melati di
dalam dan luar negeri cukup
besar, produksi bunga melati
Indonesia baru mampu
memenuhi sekitar 2% dari
kebutuhan melati pasar dunia.
Penomena ini menunjukan
peluang yang perlu
dimanfaatkan dengan baik di
Indonesia karena potensi
sumber daya lahan amat luas
dan agroekologinya cocok
untuk tani melati. Hasil studi
agribisnis melati yang
dilakukan oleh pusat
Penelitian dan Pengembangan
Hortikultura di daerah setrum
produksi Tegal (Jawa Tengah)
menunjukan bahwa usaha tani
melati menguntungkan dan
layak dikembangkan.
11. STANDAR PRODUKSI
11.1. Ruang Lingkup
Standar melati meliputi ruang
lingkup, deskripsi, klasifikasi,
syarat mutu, cara
pengambilan contoh, cara uji,
syarat penandaan dan
pengemasan.
11.2. Diskripsi …
11.3. Klasifikasi dan Standar
Mutu
Mutu dan pengepakan bunga
untuk ekspor ke pasaran
Internasional sangat
ditentukan oleh negara
pengimpor.
11.4. Pengambilan Contoh
Satu partai/lot bunga melati
segar terdiri atas maksimum
1.000 kemasan. Contoh
diambil secara acak dari
jumlah kemasan.
1. Jumlah kemasan dalam partai
1 – 5, contoh yang diambil
semua.
2. Jumlah kemasan dalam partai
6 – 100, contoh yang diambil
sekurang-kurangnya 5.
3. Jumlah kemasan dalam partai
101 – 300, contoh yang diambil
sekurang-kurangnya 7.
4. Jumlah kemasan dalam partai
301 – 500, contoh yang diambil
sekurang-kurangnya 9.
5. Jumlah kemasan dalam partai
501 – 1000, contoh yang
diambil sekurang-kurangnya
10.
11.5. Pengemasan
Bunga melati segar dikemas
dengan kotak karton yang
baru dan kokoh, baik, bersih
dan kering serta berventilasi.
Jumlah tangkai sebanyak 15-20
tangkai diikat dan dibungkus.
Kemudian dimasukkan ke
dalam kemasan karton.
Kemasan lain dengan bobot
dan jumlah tangkai tertentu
dapat digunakan atasdasar
kesepakatan antara pihak
penjual dan pihak pembeli.
Ujung tangkai bunga
dimasukkan ke dalam kantong
plastik berisi kapas basah
mengandung bahan pengawet.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.